Krisis keuangan Eropa telah mengancam perekonomian dunia. Krisis yang menakutkan dunia itu berakar pada kegagalan zona euro untuk memperbaiki perbankan. Gejolak zona euro sebagai salah satu faktor asing yang telah membantu memperlambat perekonomian dunia. Sebenarnya perekonomian Eropa belum sepenuhnya sembuh kembali dari krisis 2007 dan tidak pernah sepenuhnya menangani semua tantangan yang dihadapi sistem perbankan mereka. Salah satu faktor penting Krisis Eropa adalah faktor krisis utang di negara Yunani.

Saat ini sedang diperparah dengan apa yang terjadi di Yunani. Jadi mereka akan melalui krisis keuangan yang menakutkan dunia. Dan, mereka berusaha untuk mengambil tindakan yang bertanggung jawab, namun tindakan tersebut tidak cukup secepat yang mereka perlukan. Saham Eropa dan AS naik pada Senin dengan spekulasi dana bail out lebih ambisius untuk zona euro dan default (gagal bayar) teratur Yunani meskipun kurangnya rincian dan penolakan oleh pejabat terus membuat perdagangan bergejolak. Namun, Jerman menembak jatuh langkah untuk meningkatkan dana penyelamatan utang Eropa, dan Yunani merana tanpa tanggal untuk kembalinya auditor yang memblokir pinjaman yang mereka butuhkan untuk menghindari default.

Penyebab Krisis Eropa

Krisis utang Eropa berasal dari Yunani, yang kemudian merembet ke Irlandia dan Portugal. Ketiga negara tersebut memiliki utang yang lebih besar dari GDP-nya, dan juga sempat mengalami defisit (pengeluaran negara lebih besar dari GDP). Krisis mulai terasa pada akhir tahun 2009, dan semakin seru dibicarakan pada pertengahan tahun 2010. Pada tanggal 2 Mei 2010, IMF akhirnya menyetujui paket bail out (pinjaman) sebesar €110 milyar untuk Yunani, €85 milyar untuk Irlandia, dan €78 milyar untuk Portugal. Kemudian kekhawatiran akan terjadinya krisis pun berhenti sejenak. Efek dari krisis Eropa ini cukup berdampak kepada IHSG, yang ketika itu anjlok besar-besaran dari posisi 2,971 ke posisi 2,514.

“Saat ini banyak negara maju yang memprediksi ekonominya akan menurun sekitar 0,6% akibat krisis di Eropa. Di kawasan Asia, perekonomian juga akan menurun. “Tergantung tingkat seberapa serius krisis ini mempengaruhi baik melalui jalur perdagangan, investasi, pariwisata maupun dari sisi remitansi. Saya rasa semua harus meng-cover sebelah sana.” – Sri Mulyani.

Hasil dari krisis Eropa tersebut bagi Indonesia bisa berimbas pada terpuruknya rupiah, seperti berita yang saya kutip dari kompas.com berikut :

Direktur Pelaksana dan Ekonom Senior Bank Standard Chartered, Fauzi Ichsan, mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS memiliki kemungkinan untuk terus merosot seiring dengan kondisi krisis utang di Uni Eropa (UE).

“Hari ini dollar AS/rupiah ada di Rp 9.200 per dollar AS. Apakah bisa terus terpuruk rupiahnya?Possible,” ujar Fauzi dalam paparan tentang Indonesia di 2011: Di Tengah Ekonomi Global yang Rapuh, di Jakarta, Kamis (24/11/2011).

Kondisi tersebut memungkinkan jika UE, IMF (International Monetary Fund), Bank Sentral Eropa, serta negara-negara Eropa yang bermasalah tidak bisa menyelesaikan krisis utang mereka. Apabila hal itu benar terjadi maka akan memberikan sentimen negatif pada ekonomi global.

Salah satunya berdampak pada investasi pasar modal di Asia, di mana para investor asing akan melakukan aksi jual sahamnya. “Dan SUN (Surat Utang Negara) membeli dollar AS. Otomatis rupiahnya akan seperti itu,” tambah Fauzi.

Perlu Keterbukaan Politik

Menurut dia, kunci dari penyelesaian krisis di wilayah tersebut adalah keterbukaan politik. Fauzi berpendapat, kondisi politik baik itu di dalam negara dan antarnegara anggota UE merupakan alasan mengapa krisis utang di UE sulit untuk diatasi. Sehingga dalam jangka pendek, nilai tukar rupiah juga IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) diperkirakan akan terus volatil atau rentan.

“Tapi kita juga melihat fundamental ekonomi Indonesia dan Asia itu lebih baik daripada Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang,” tambah Fauzi.

Dengan begitu, ia memperkirakan rupiah akan terus menguat ke arah Rp 8.400-Rp 8.500 per dollar AS pada akhir tahun 2012. Hal serupa juga akan terjadi dengan mata uang Asia lainnya.

“Apalagi akan terbantu dengan Indonesia akan menjadi negara investment grade sebelum akhir tahun depan,” ungkap Fauzi. (Kompas.com)

Meski perekonomian Indonesia tidak terlalu tergantung oleh ekspor, namun krisis tersebut harus tetap diwaspadai.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mewaspadai krisis keuangan yang terjadi di Eropa. Sebagai langkah untuk mengantisipasinya, pemerintah akan memperkuat pasar domestik.

Share ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi kita memang hanya 25 persen. Namun, jangan anggap enteng krisis yang terjadi di Eropa,” ujar Hatta, Jumat (25/11/2011), di Kantor Presiden.

Sejumlah negara Eropa mengalami defisit anggaran yang sangat besar. Negara-negara ini juga terancam gagal membayar utang atau default. Kegagalan membayar utang akan memberikan efek domino berupa meluasnya krisis hingga ke luar Eropa.

Krisis Eropa akan memberi dampak di depan mata berupa anjloknya nilai ekspor Indonesia. Penjualan produk Indonesia ke Eropa turun drastis akibat turunnya daya beli masyarakat di benua itu yang disebabkan oleh kebijakan pengetatan anggaran oleh negara-negara di Eropa.

Maka, menurut Hatta, pemerintah mau tidak mau harus memperkuat pasar domestik guna mengimbangi turunnya ekspor ke Eropa. Penguatan pasar domestik ini ditempuh dengan menghilangkan hambatan perdagangan antar pulau serta memperbaiki koordinasi kebijakan antara Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan.

Sumber :

– http://finance.detik.com/read/2011/11/08/122940/1762772/4/sri-mulyani-ingatkan-sby-tak-lengah-hadapi-krisis-eropa

– http://mediaanakindonesia.wordpress.com/2011/10/09/krisis-utang-yunani-penyebab-krisis-eropa/

– http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/11/25/14581397/Hatta.Waspadai.Krisis.Eropa